Cari di Blog Ini ... !

Artikel Menarik: Semrawutnya Kota di Indonesia Tak Berhenti


Saat ini kesemrawutan tidak hanya menjadi masalah perkotaan besar namun sudah menjadi masalah pokok tiap daerah. Kata semrawut identik dengan hal macet, kumuh, porsi yang tidak sesuai dan kejenuhan. Yah ituah yang terjadi di Indonesia. Namun apa penyebabnya? Erat kaitannya dengan permasalahan lingkungan hidup, penyebabnya sangat beragam yakni
sumber daya alam, ilmu pengetahuan, ekonomi dan kependudukan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak dapat dibendung lagi penyebab masalah ketidakteraturan dan kemacetan.
Di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya kesemrawutan dapat dilihat dengan kemacetan dimana-mana, perbedaan kesenjangan sosial yang sangat jauh, permukiman kumuh disepanjang aliran sungai dan pinggiran pusat kota, lonjakan jumlah warga beraktifitas di jam-jam kerja tidak seimbang dengan area publik yang disediakan.  Ruas jalan kota Bandung, Malang dan kota besar dataran tinggi sangat sempit dan akan macet pada waktu keramaian. Penyebabnya yaitu pertokoan di sepanjang jalan tersebut tidak dilengkapi lahan parkir membuat orang memarkir kendaraannya disepanjang ruas kiri jalan, jalan semakin sempit. Porsi-porsi seperti inilah yang tidak diperhatikan dalam pembangunan di Indonesia. Dapat dibayangkan beberapa tahun lagi dengan laju pertumbuhan penduduk terus bertambah sedangkan ruang yang tersedia tetap tanpa adanya pembenahan aktifitas kota akan berhenti total, tentu sangat merugikan.
Tidak hanya kota besar, lirik saja kota kecil sekitar kita, Cirebon, Bangil, Surakarta dan lainnya persoalan seperti di atas sudah terjadi dalam hitungan lebih kecil, namun pembangunan tidak berhenti dan pada akhirnya akan terjadi kesemrawutan juga. Tidak main-main, akibat kesemrawutan sangat besar pengaruhnya mulai dari menurunkan nilai pandang kota, menghilangnya lahan hijau, peningkatan jumlah stres karena kejenuhan, bencana alam seperti banjir, longsor dan badai, serta pemborosan energi karena macetnya aktifitas warga. Lalu siapakah yang bersalah? Semua orang bersalah, pemerintah yang kurang kontrol dan warga yang tidak patuh aturan. Aturan penataan ruang yang saat ini digunakan kurang mengena aspek bidang kewilayahan dan kependududukan. Kondisi geografis di Indonesia sangat beragam tapi pembangunan tidak melihat hal itu dan hanya melihat nilai ekonomisnya saja. Faktor sosial seperti tipikal warga tidak disesuaikan dengan porsi ruang. Warga masih belum paham akan penataan ruang atau kota alias minim informasi.
Saat musim liburan dan mendekati masa-masa mudik tentu pada ribet perbaikan jalan, mengapa jalan-jalan tersebut harus rusak tiap tahunnya. Setelah musim mudik juga terjadi urbanisasi dan memadati porsi kota yang tidak akan bertambah. Pemukiman kumuh dan padat penduduk semakin bertambah. Kerugian besar sangat dirasakan mulai dari beralihnya profesi masyarakat dan menambah jumlah pengangguran, kemacetan terjadi karena lonjakan jumlah penduduk, menurunnya jumlah produktifitas pangan mengharuskan impor berbagai pangan dari luar negeri, menurunkan eksotika kota sebagai daya tarik wisata dan masih banyak lagi. Menuju Indonesia negara maju sebagai pusat global tahun 2045, hal semacam ini sama sekali tidak perlu terjadi.
Solusi tepat menangani masalah seperti ini harus diadakan kerjasama baik antar elemen masyarakat. Pemerintah sebagai aparatur negara harus mampu mengendalikan masyarakat yang belum paham akan penataan kota seperti menahan izin pendirian bangunan masyarakat yang bisa berpotensi menambah jumlah penduduk, kemacetan, ketidakseimbangan dan kejenuhan daerah tersebut. Masyarakat tersebut juga harus peduli dan tanggap mengenai permasalahan tata kota seperti pelaporan berbagai pelanggaran tata ruang kepada pemerintah melalui tangan-tangan muda pelopor penataan ruang.
Mempelajari masalah ruang memang tak mudah, haruslah menguasai semua bidang keilmuan dalam penerapannya. Perlu ilmu Geografi dalam mempelajari keadaan alam, potensi daerah dan laju pertumbuhan penduduk sebagai faktor penting terjadinya interaksi masyarakat. Bidang teknologi dalam pemetaan dan kontrol jarak jauh, bidang matematika dan fisika dalam penghitungan struktur pembangunan kota, ilmu arsitektur dan rancang dalam mendesain kota yang nyaman dan indah, ilmu ekonomi dalam meletakkan daerah-daerah potensi strategis sebagai pusat aktifitas masyarakat dan semua ilmu yang lainnya. Sebagai generasi pemuda inilah penggerak pembangunan yang baru harus diwujudkan.
Pembangunan di Indonesia yang masih berdasar keadaan saat ini dan sesaat harus diganti dengan sistem pembangunan berkelanjutan, melihat keadaan dan potensi daerah di masa depan. Bandingkan saja kenyamanan kota di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand dengan Indonesia, tentu jelas perbedaannya. Maka dari itu potensi besar yang dimiliki Indonesia dengan jumlah penduduk terpelajar yang banyak harus dimanfaatkan betul. Mampukah negara ini mewujudkan ruang yang indah dan tertib? Tentu mampu tergantung dari tangan kita semua.


Samsul Hidayatullah / samshids@hotmail.com / 085790615160.

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya:

No comments:

Post a Comment

Ekiosku.com Jual Beli Online Aman Menyenangkan